Pembela Madzhab yang Kritis atas Pemikiran Barat - ulasan ini merupakan hasil wawancara dengan KH. Muhammad Ridlwan, Lc. MA, salah satu murid Syaikh Prof. Dr. Muhammad Sa’id Bin Mula Ramadhan al-Buthi yang kini sedang menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah. Wawancara ini membicarakan seputar pribadi, pemikiran, dan karya-karyanya. Selamat membaca!
Berapa lamakah kiai di Syiria?
Tidak lama, cuma enam tahun.
Pengajian kitab apa yang kiai ikuti bersama Syaikh Buthi?
Selama di sana, saya mengaji kitab tafsir ala pesantren dengan beliau setiap hari pada waktu subuh. Setiap hari Jumat habis Ashar mengaji Risalah al-Qusyairiyyah di masjid Mulla Ramadhan, malam selasa kitab Riyadus Shalihin dan setiap malam Jumat mengaji kitab Hikam al-Atha`iyyah di masjid Iman Damaskus (masjid yang mana beliau syahid di dalamnya).
Bagaimana Anda memandang Syaikh Buthi?
Beliau juga sosok ulama yang selalu mempraktekkan al-Qur`an dan Hadis. Syaikh Buthi bukan hanya seorang yang pandai di bidang syariah dan bahasa, tapi juga dikenal sebagai ulama Sunni yang multidisipliner. Dikenal alim dalam ilmu filsafat dan akidah, menguasai ulum al-Qur’an dan ulumul hadis dengan cermat. Sewaktu-waktu ia melakukan kritik atas pemikiran filsafat materialisme Barat, di sisi lain ia juga melakukan pembelaan atas ajaran dan pemikiran madzhab fiqih dan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, terutama terhadap tudingan kelompok yang menisbahkan dirinya sebagai golongan Salafiyah dan Wahabiyah.
Apa yang menarik dari beliau?
Pertama, hal yang menarik yang sering saya saksikan adalah, beliau sering menangis saat salat. Beliau merupakan sosok ulama yang benar-benar takut kepada Allah dan hal itu dipraktekkan dalam muamalah kepada Allah dan sesama. Semua memuji kepribadian beliau.
Kedua, pribadi yang sangat istiqamah. Salah satu bukti keistiqamahannya beliau tidak pernah meninggalkan kewajiban mengajar di universitas dan pengajiannya (halaqah-halaqah dars) kecuali udzur syar’i, seperti: undangan seminar ke luar negeri, pertemuan ulama, dan sakit. Selama 6 tahun saya di Syiria beliau tidak pernah meninggalkan kewajiban mengajar.
Ketiga, dalam hal pemikiran, Dr. al-Buthi dianggap sebagai tokoh Ahlussunnah wal Jama’ah yang gencar membela konsep-konsep madzhab yang empat dan aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, Al-Ghazali, dan lain-lain. Sekaligus beliau selalu menjaga umat dari rongrongan pemikiran dan pengkafiran sebagian golongan yang menganggap hanya merekalah yang benar dalam hal agama. Berbekal pengetahuannya yang amat mendalam dan diakui berbagai pihak, ia meredam berbagai permasalahan yang timbul dengan fatwa-fatwanya yang bertabur hujjah dari sumber yang sama yang dijadikan dalil para lawan debatnya.
Keempat, memiliki integritas keilmuan yang tinggi. Lantaran keluasan pengetahuannya, ia dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga penelitian theologi dan agama-agama di universitas bergengsi di Timur Tengah. Aktivitasnya sangat padat. Ia aktif mengikuti berbagai seminar dan konferensi tingkat dunia di berbagai negara di Timur Tengah, Amerika, maupun Eropa. Hingga saat ini ia masih menjabat salah seorang anggota di lembaga penelitian kebudayaan Islam Kerajaan Yordania, anggota Majelis Tinggi Penasihat Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan anggota di Majelis Tinggi Senat di Universitas Oxford Inggris.
Bagaimana kiai mengenal karya-karya beliau?
Al-Buthi adalah seorang penulis yang sangat produktif. Karyanya mencapai lebih dari 60 buah, meliputi bidang syari’ah, sastra, filsafat, sosial, masalah-masalah kebudayaan, dan lain-lain. Beberapa karyanya yang dapat disebutkan di sini, antara lain, Al-Mar’ah Bayn Thughyan an-Nizham al-Gharbiyy wa Latha’if at-Tasyri’ ar-Rabbaniyy, Al-Islam wa al-‘Ashr, Awrubah min at-Tiqniyyah ila ar-Ruhaniyyah: Musykilah al-Jisr al-Maqthu’, Barnamij Dirasah Qur’aniyyah, Syakhshiyyat Istawqafatni, Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha’iyah, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah, Hadzihi Musykilatuhum, Wa Hadzihi Musykilatuna, Kalimat fi Munasabat, Musyawarat Ijtima’iyyah min Hishad al-Internet, Ma’a an-Nas Musyawarat wa Fatawa, Manhaj al-Hadharah al-Insaniyyah fi Al-Qur’an, Hadza Ma Qultuhu Amama Ba’dh ar-Ru’asa’ wa al-Muluk, Yughalithunaka Idz Yaqulun, Min al-Fikr wa al-Qalb, La Ya’tihi al-Bathil, Fiqh as-Sirah, Al-Hubb fi al-Qur’an wa Dawr al-Hubb fi Hayah al-Insan, Al-Islam Maladz Kull al-Mujtama’at al-Insaniyyah, Azh-Zhullamiyyun wa an-Nuraniyyun, dan masih banyak lagi.
Gaya bahasa Al-Buthi istimewa dan menarik. Tulisannya proporsional dengan tema-tema yang diusungnya. Tulisannya tidak melenceng dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sumber-sumber rujukan, terutama dari sumber-sumber rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya.
Baca Juga : Sejarah Asal-usul Kota Kudus dan Dahsyatnya Istighfar 100x Sehari
Akan tetapi bahasanya terkadang tidak bisa dipahami dengan mudah oleh kalangan bukan pelajar, disebabkan unsur Falsafah dan Manthiq, yang memang keahliannya. Oleh karena itu, majelis dan halaqah yang diasuhnya di berbagai tempat di keramaian kota Damaskus menjadi sarana untuk memahami karya-karyanya.
Walau demikian, sebagaimana dituturkan pecinta Al-Buthi, di samping mampu membedah logika, kata-kata Al-Buthi juga sangat menyentuh, sehingga mampu membuat pembacanya berurai air mata.
Bagaimanakah dakwah beliau?
Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengasuh halaqah pengajian di masjid Damaskus dan beberapa masjid lainnya di seputar kota Damaskus, yang diasuhnya hampir tiap hari. Majelis yang diampunya selalu dihadiri ribuan jamaah, laki-laki dan perempuan.
Selain mengajar di berbagai halaqah, ia juga aktif menulis di berbagai media massa tentang tema-tema keislaman dan hukum yang pelik, di antaranya berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh para pembaca. Ia juga mengasuh acara-acara dialog keislaman di beberapa stasiun televisi dan radio di Timur Tengah, seperti di Iqra’ Channel dan Ar-Risalah Channel.
Adakah kenangan manis bersama beliau?
Saya merasakan nikmat yang luar biasa mengaji bersama beliau. Beliau sering menangis saat menerangkan ayat, hadis-hadis atau maqalah (ungkapan) ulama dalam kitab tasawuf. Sehingga kita semua ikut terbenam dalam rasa (dzauq) beliau.
Ada yang lain?
Selama hampir 5 bulan saya selalu di belakang beliau saat berjalan dari rumahnya ke masjid setiap pukul 4, sebelum subuh. 5 bulan itu saya gunakan untuk menyertai beliau berjalan, sebab beliau berjalan kaki dari rumhnya ke masjid dan melewati rumah sewa saya. Saya tahu persis beliau setiap sebelum subuh itu selalu membaca istighfar saat berjalan. Dan saat pulang dari masjid ke rumahnya, beliau membaca tasbih. Ini adalah ajaran al-Qur`an supaya kita memperbanyak baca istighfar sebelum subuh dan membaca tasbis saat pagi dan sore.
Adakah karamah Syaikh Sa’id yang kiai ketahui?
Salah satu istiqamah beliau adalah membaca Hizb Nawawi. Saya pernah mendapat cerita langsung dari beliau, bahwa suatu ketika saat membaca Hizb Nawawi, ada banyak orang yang melihat ribuan burung keluar dari jendela rumahnya terbang ke langit. Burung-burung itu warna hijau, saat ditanyakan apa yang terjadi, beliau menjawab bahwa saat itu beliau dan keluarganya sedang membaca Hizb Nawawi. [Muhammad Sholeh dan Muhammad Hasyim]
Baca Juga : DOA Memohon Hajat Besar dan Gubuk Lebih Baik Nidzam al-Mahmudi
0 komentar:
Posting Komentar